Cinta merupakan perasaan sederhana yang mungkin setiap manusia mampu
merasakannya. Tidak terkecuali Danica, siswi SMA yang duduk di kelas XI
IPA 1. Kesehariannya hanya dipenuhi oleh kegiatan ekskul mulai dari
pulang sekolah hingga senja menjelang. Menurutnya, dengan mencari
kesibukan, mungkin tidak ada lagi waktu baginya untuk memikirkan mantan
kekasihnya yang meninggal satu tahun lalu. Kenangan yang dia miliki
bersama Dylan, mantannya itu, terlalu menyakitkan bagi ingatannya.
Sampai saat seorang siswa pindahan datang dan duduk di sebelahnya. Paras
rupawan, tinggi ideal, kulit sawo matang, dan lesung pipit yang
menambah pesonanya, membuat para siswi di SMA Danica mengidolakan siswa
baru itu.
“Hai, Danica ya?” sapa Asta si anak baru. Sikap Danica yang masih
apatis terhadap setiap cowok yang mendekatinya masih saja berdiri kokoh.
Menurutnya, sosok Dylan tak akan terganti. “Hello?! Kenalin, namaku
Asta. Dari awal pertama kita sebangku, kita belum kenalan kan?” kata
Asta yang masih belum juga menyerah. Namun belum juga Danica menanggapi
Asta. Danica memang terkenal sebagai cewek super cuek. Namun Asta masih
juga belum percaya akan pernyataan tersebut.
Sabtu malam, Danica menyempatkan waktu untuk sekedar berjalan-jalan
di taman, tempat favoritnya dahulu. Tiba-tiba, dari arah berlawanan,
seorang cowok menabraknya.
“Aduh! Maaf mbak, gak sengaja.”
“Hah? Embak-embak, sejak kapan aku jadi embak situ?”
“Hehe.. Eh? Danica?”
“Sial! Kenapa dia lagi sih..”
“Udah deh, kamu itu udah ditakdirin buat ketemu aku.”
“Whatever.. By the way, kamu mau gak nemenin aku, yah, duduk gitu?”
“WOW! Danica ngajak aku barengan? Okey! Duduk disitu yuk?”
Akhirnya, mereka berdua mulai saling berbagi masa lalu yang selama
ini mereka pendam. “Nah, aku kan udah cerita kenapa aku selalu cuek sama
kamu, sekarang kamu cerita, kenapa kamu pindah sekolah,” desak Danica
kepada Asta.
“Semua berawal saat hati ini tersakiti oleh sebuah kata.. Cinta.
Beberapa bulan lalu, mantan aku mutusin aku secara sepihak dan tanpa
masalah yang jelas. Dia pergi ke Italia tanpa aku tahu alasannya.
Temannya bilang, dia sekolah disana. Tapi seminggu setelah dia pergi,
aku melihatnya jalan bareng dengan mantan pacarnya. Mesra banget lagi.
Parahnya, aku baru tahu kalau selama kami masih pacaran, dia balikan
sama mantannya itu. Aku sakit hati sama dia. Waktu aku tahu dia mutusin
aku hanya karena cowok lain, rasanya semangat aku sudah hilang. Tapi aku
jadi sadar, life must go on, makanya aku putusin buat pindah sekolah
biar lupa ma dia,” Asta menceritakan kisahnya.
Melihat Asta yang begitu tegar, membuat Danica merasa kagum terhadap
cowok yang dia anggap kepo itu. Sejenak, mereka saling pandang dan
sesekali tersenyum. Malam minggu pertama bagi mereka berarti juga malam
pertama bagi mereka untuk saling berbagi.
“Asta, kemarin.. makasih udah buat aku ngungkapin masalah aku.”
“Makasih juga, Ca. Ingat, gak selamanya kamu terus menanti Dylan. Kamu harus bisa mencari penggantinya.”
“Kamu sendiri.. Sudah punya pengganti si…”
“Udah lah.. aku udah punya feel sama cewek lain. Dia cewek apatis yang rumornya sih, cewek populer di SMA kita.”
Danica hanya menyengir, mendengar pernyataan Asta tersebut. Tanpa
sengaja, tangan mereka berdua saling bersentuhan saat mereka ingin
mengambil novel yang ada di meja. Terdengar suara seperti drumband dari
masing-masing jantung mereka. Mereka saling tersenyum dan segera melepas
tangan mereka satu sama lain. Sepertinya, cinta mulai menyapa hati
mereka. Namun mereka masih saja berusaha untuk memungkirinya.
Hari demi hari segera berganti. Membawa kedekatan bagi Danica dan
Asta. Hingga ungkapan persahabatan mengikat mereka. Akankah ungkapan itu
akan berganti menjadi sebuah ikatan cinta? Atau hanya begini saja?
Asta merasa gelisah setiap kali Danica bercerita tentang cowok
lainnya. Dia takut jikalau Danica memilih cowok lainnya, bukan dia.
Hingga Asta mengumpulkan nyali untuk mengungkapkan apa yang selama ini
dia rasakan terhadap Danica. Dia membuat sebuah surat cinta yang akan
dia selipkan ke dalam tas Danica, dan untungnya, berhasil. Danica tidak
tahu bahwa Asta memasukkan surat ke dalam tasnya.
Sewaktu Danica pulang dari sekolah, dia mampir ke taman favoritnya.
Entah kenapa dia teringat pada Asta, orang yang selalu ada untuknya,
selalu memberikan sinyal cinta, tapi Danica mengacuhkannya. Meski dia
sadar, dia memiliki feel yang sama dengan Asta. Danica melamun tanpa
memperhatikan langkahnya. Tiba-tiba saja ada seorang pria berteriak ke
arahnya, dan mendorongnya hingga ia jatuh ke tanah. Danica tersadar,
ternyata hampir saja dia tertabrak sebuah mobil yang melaju kencang.
Orang-orang sekitar mengerumuni pria yang menyelamatkannya. Sayangnya,
pria tersebut telah menghembuskan nafas terakhirnya. Danica menangis
histeris saat dia mengetahui bahwa pria tersebut telah mengorbankan
nyawa untuk dirinya. Bukan hanya karena itu, melainkan karena pria
tersebut adalah orang yang dia cintai. ya, Asta. Pria yang menyelamatkan
Danica adalah Asta.
Kepergian Asta membuat Danica terpukul. Dia tak habis fikir. Mengapa
kejadian Dylan terulang kepada Asta. Danica menemukan sepucuk surat yang
terselip di dalam tasnya. Dia meneteskan air mata saat tahu bahwa surat
tersebut di tulis oleh Asta.
Danica, sebenarnya aku ingin menyampaikan ini semua sudah lama..
Namun semua ini tertahan di bibirku..
Andai kamu tahu..
Raga ini ingin selalu bersamamu..
Hati ini akan selalu mencintamu..
dan..
cinta ini hanya akan menjadi milikmu..
selalu.. dan.. selamanya
Asta
Cerpen Oleh : Anggi Triyoga
Facebook : Anggie Dugck Yogaa
Artikel Terkait: