Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddiin membagi tingkatan orang yang berpuasa menjadi tiga bagian, yaitu :
A. Puasa Awam (Puasa Umum)
Golongan ini yaitu yang berpuasa hanya menahan lapar dan haus serta menjaga kemaluannya untuk jima' di siang hari.
Tingkatan ini dikhawatirkan masuk kepada sabda Roulullah SAW :
كَمْ مِنْ صاَئِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِياَمِهِ إِلَّا الْجُوع وَالْعَطْش - رواه النسائى و ابن ماجه
"Berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi tidak akan mendapat apa pun dari puasanya, hanya lapar dan dahaga" (HR. Nasa'i dan Ibnu Majah)
B. Puasa Khusus
Golongan ini yaitu selain menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa, juga menjaga pandangan, pendengaran, tangan,kaki dan seluruh anggota badannya dari perbuatan dosa.
Inilah tingkatan yang harus kita gapai, tingkatan in adalah tingkatannya para sholihin. Untuk bisa mencapai tingkatan khusus ini, Imam Al-Ghazali menjelaskan, sekurang-kurangnya ada 6 hal yang harus dilakukan :
Menjaga pandangan dari hal-hal yang dilarang dan dari hal yang melupakan dzikir kepada Allah.
Menjaga lisan dari berkata bohong, mengumpat, mengadu domba dan sumpah palsu.
Menjaga pendengaran dari hal yang dilarang. Dosa bukan hanya ditibakan kepada orang yang mengumpat saja, akan tetapi akan menjadi dosa bagi orang yang mendengarkannya. Rosulullah SAW bersabda :
الْمُغْتَابُ وَ الْمُسْتَمِعُ شَرِيْكَانِ فِى الْإِثْمِ
"Orang yang mengumpat dan orang yang mendengarkan umpatan, dua-duanya sama menanggung dosa"
Menjaga anggota tubuh yang lain dari berbuat dosa, begitu pula harus menjaga dari makanan yang syubhat apa lagi yang haram. Orang yang berpuasa kemudian berbuka dengan makanan haram, diibaratkan dia membangun benteng kemudian menghancurkan seluruh kota. Makan berlebihan ketika berbuka. Perut yang dibenci oleh Allah, adalah perut yang penuh dengan makanan halal, apalagi yang haram.
Diantara tujuan puasa adalah untuk melemahkan hawa nafsu, dengan menyedikitkan makan. Bagaimana akan lemah hawa nafsu apabila makanan terus dijejalkan ke dalam perut? Bahkan diantara syarat mencapai tingkatan khusus ini, jangan mengada-ada makanan yang biasanya tidak ada pada bulan lainnya. Bukankah ini pekerjaan kita? Subhanallah...
Harus adanya harapan dan ketakutan saat berbuka. Harapan semoga puasanya hari itu diterima oleh Allah, dan ketakutan akan ditolak amalnya oleh Allah. Ketakutan dan pengharapan ini hendaknya ditanamkan pada setiap ibadah, bukan hanya waktu berpuasa saja.
C. Puasa Khususil Khusus
Puasa ini hanya dimiliki oleh golongan para nabi, shidiqqin dan muqarrabin. Yaitu golongan yang menjaga dari pembatalan, anggota badan, kemudian hatinya dari dari kehidupan duniawi. Adapun dunia yang menjadi bekal akhirat, tidak lah termasuk memikirkan perkara duniawi.
Bisakah kita mencapai tingkatan tertinggi ini? Mungkin saja.. akan tetapi diantara hal yang berat dilaksanakan diantaranya, apabila kita berfikir "Makanan apa untuk berbuka hari ini?" itu sudah jauh untuk menapaki tingkatan tertinggi ini.
Sekian dan semoga bermanfaat....
(Sumber : Ihya Ulumiddiin, karya Imam Al-Ghazali)