Sore itu aku sedang duduk di sebuah warung bergaya vintage.
Lamunanku terpecah oleh seorang pelayan yang membawa teh panas pesananku
tadi. Hari itu adalah hari yang istimewa karena aku sedang menunggunya.
Di tempat itu pula dulu dia berpamitan untuk meninggalkanku selama dua
tahun, dan dia berjanji tepat di hari itu tanggal 18 Oktober 2014 dia
akan kembali pulang menemuiku di tempat yang sama dan di waktu yang
sama. Aku harap dia tak melupakannya dan tak membuatku kecewa.
Sudah dua puluh menit aku menunggu, kurasa itu belum lama, aku masih
tetap berharap. Alunan musik bossanova menemaniku sore itu. Teh panas
yang aku pesan hanya aku pandang, belum aku sentuh sama sekali. Sesekali
aku melihat jam tangan, Ah.. baru setengah jam aku menunggu, belum
lama, teh ku pun masih mengeluarkan uap panasanya.
Pendengaranku tersita oleh sebuah lagu, Hollywood Nobody – Kiss The
Pain Away, salah satu lagu favoritku. Yaa setidaknya itu bisa sejenak
menghiburku. Aku menunduk melihat jam tangan, sudah satu jam aku menunggu. Langit
semakin redup. Lagu bossanova yang aku dengar tadi sudah hilang. Aku
merasakan getaran dalam tasku, ternyata ada pesan masuk di ponselku.
Kubuka lalu kubaca, “pelanggan yang terhormat, nomor anda sudah memasuki
masa tenggang, segera isi pulsa untuk memperpanjang masa aktif anda”.
Oh Tuhan… semakin galau kurasa, semakin kecewa, kukira itu pesan
darinya.
Aku mencoba mengingat-ingat kembali masa-masa ketika bersamanya.
Ketika kami bercanda, ketika kami menggila, ketika kami sok romantis,
dan ketika kami sedang marahan. Bersamanya dunia serasa penuh warna,
penuh kejutan, dan penuh harapan seperti yang kurasakan saat ini, semoga
saja tidak berakhir dengan penuh kekecewaan. Stop! positif thinking Abdul.
Kebetulan waktu itu aku sedang duduk dekat jendela, jadi aku bisa
melihat para budak tuan pulang kerja dari kantornya, mobil-mobil yang
memaksakan kehendaknya dengan cara membunyikan klakson, dan motor-motor
yang memaksa untuk menerobos. Lampu kendaraan sudah mulai mereka
nyalakan, artinya itu sudah malam.
Oh sudah malam ternyata, kembali melihat sang waktu, jam tangan
menunjukan pukul 18.30. Tuhan, aku sudah menunggu di sini satu setengah
jam, apa yang harus aku lakukan? jika aku tetap menunggu di sini ada dua
kemungkinan yang akan terjadi, kecewa atau bahagia. Semakin lama aku
menunggu semakin dahsyat pula kekecewaan yang akan kurasakan jika dia
memang tak datang, dan semakin lama aku menunggu disini maka semakin
besar rasa bahagia jika dia tiba-tiba datang untuk menghapus semua rasa
lelahku saat itu. Setengah jam aku dilema antara memilih pulang dengan kekecewaan atau bertahan dengan harapan palsu. Ya sudahlah… aku pulang
saja, mungkin Via memang tak akan pernah datang, mungkin dia sudah
bahagia di Semarang bersama temannya yang baru. Lagi pula teh panas
ini sudah menjadi dingin.