“Teet... teeet... teeeet.....” bel
pondok pesantren berbunyi ketia pengurus senior membangunkan para santri dan
waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi. Aku, Andra, dan Dani mulai beranjak
dari tempat tidur ketika sepasang mata memperhatikan kami dari pintu kamar,
“ayo bangun, ayo bangun” kata pengurus. Kang Sholeh, begitulah panggilan akrab
pengurus senior yang selalu rajin menjalankan amanah dari Pak Yai. Kamipun
mulai mengambil air wudhlu dan bersiap-siap untuk tadarrus sebelum adzan subuh
dikumandangkan. Dani, orang yang dikagum-kagumkan seisi pondok putri dengan
suara emasnya mengawali pembacaan ayat-ayat suci alqur’an. Dia adalah salah
satu vokalis rebana ternama di daerah Kudus. Dilanjutkan dengan Andra dengan
suara lantangnya dan yang terakhir aku, dengan suara khasku yg sedikit fals ku
lantunkan. Saking seriusnya Kami membaca secara bergantian, adzan subuh
terdengar dari kejauhan masjid agung Kudus. Andra dengan sigap mengambil
michrofon lalu adzan dikumandangkan disusul
dengan iqomah, Kamipun berjama’ah yang di imami Pak Yai.
“Benjooo.... giliran loe mandi
niiih, cepetaaaaaann !!” panggil Andra ketika giliran mandiku tiba. Sebel
banget ketika orang memanggilku dengan panggilan setengah-setengah seperti itu.
Namaku Beni Jonathan, Aku asli Kudus kota kretek. “nih, lanjutin tuh nyapu
halaman” kataku sambil menyodorkan sapu, “enak aja loe, gue bukan petugas
kebersihan” dengan nada kesalnya Andra berceloteh “loe kalo mandi jangan
lama-lama, gue tinggal berangkat duluan baru tau rasa loe” imbuhnya lagi tapi
aku diem aja sambil nyelonong ke kamar mandi. “Byur.. byur... byur....” suara
percikan air yang menggema seisi ruangan, akupun mulai dengan kebiasaanku
ketika mandi “buka hatimuu... bukalah sendikit untukkuu... sehingga diriku bisa
memilikimuu...” pekik suaraku yang kata orang merusak suasana hati tapi hal
inilah yang bisa memberikan suasana hatiku tentram.
Aku, Andra, dan Dani berangkat
sekolah bareng sambil bercandaan di jalan, Dani mulai melontarkan ejekan sama
si Andra “Dra, katanya loe mau putus sama si Mita ya, gue mau dong jadi
pengganti loe” kata Dani sambil tertawa tapi dengan bangganya Andra menukas “gila
loe, loe mau sama bekas gue?... ambil aja tuh, gue udah gak minat lagi” sambil
menepuk dadanya “ beneran ya, awas kalo loe marah” Dani dengan mimik seriusnya.
“Teeng.... teeeng....
teeeeeng......” tanda bel masuk sekolah.
“Assalamu’alaikuum..... hape
barunya dapet sms” bunyi hapeku yang aku setting ringtone suaranya upin dan
ipin. Dari Mita : “mas kamu lagi sibuk gak?” ku balas dengan cepat : “enggak
ta, ada apa?” langsung ku ditelfon dia, sambil menangis dia berkata “semua
cowok itu memang brengsek ya mas, tak terkecuali temen kamu si Andra.....
setelah dia dapet yang dia inginkan, ceweknya dibuang gitu aja hikz...
hikz....” isaknya dengan nada tinggi. “Tenang ta, tenang !! sebenernya loe
kenapa? Ngomong pelan-pelan, tahan emosinya dulu” kataku mencoba mendinginkan
suasana hatinya. “Andra temen loe tuh, gue putusin dia barusan tapi dia gak
terima dan bilang kalo aku perempuan yang gak bener, gue benci banget sama dia
mas” aku terdiam sejenak dan dia melanjutkan pembicaraannya “tolongin ya mas,
bilang sama dia jangan ganggu aku lagi” imbuhnya. “ya sudah entar gue coba
ngomong sama dia biar dia gak ganggu kamu lagi” ku coba menegaskan biar dia
tidak terlalu memikirkan hal itu. “Makasih ya Jo, loe emang sahabat gue yang
palik baik” dia menutup telfonnya sebelum mengucapkan salam, mungkin karena
fikirannya lagi bingung.
“Teng.. teeng... teeeng.....” bel
panjang berbunyi tanda sekolah berakhir. Andra dan Dani ternyata sudah
menungguku di depan gerbang sekolah “weeeh... pahlawan kesiangannya udah dateng
nih, eh kenapa loe bro? Wajah loe gak enak banget dilihatnya, loe sakit ya?”
tanya Andra. “Pengen dirukyah kali ni orang, fikirannya udah sampai di
Singapura tuh” candanya Dani dan mereka
berdua tertawa tapi aku diam saja. “Dra, entar gue mau ngomong sama loe, ni
soal Mita”.
@pesantren
“Mau ngomong apa loe bro sama gue?”
tanya Andra sembari menghampiriku, “tadi Mita nelfon gue katanya kalian udah
putus, beneran?” jawabku, “emang kenapa kalo gue putus sama dia? Loe juga
pengen ngambil bekas gue? Ambil aja tuh, gue udah gak minat lagi” jawabnya
dengan ketus, “gak Dra, gue gak mengharapkan hal itu, gue tau kalo loe masih sayang
sama Mita” ku coba mengelak tuduhannya, “eh.... loe gak usah sotoy deh, gak
usah campurin urusan gue sama dia, ngerti loe !!” kecamnya mulai emosi, “dia
tadi minta tolong sama gue kalo loe jangan ganggu dia lagi, dia terpukul banget
karena sikap loe” aku menjelaskan maksud Mita menelfonku tadi tapi bagai angin
yang berlalu Andra bilang “tauk ah, urusi tuh urusan loe sendiri” jari
telunjuknya diacungkan didepan mukaku sambil berlalu.
“Ya Allah, apa yang berusan
terjadi. Gue gak mau da yang salah faham dengan perkara ini” gumamku dalam hati
@kamar
“Woy, kenapa loe boy? muka kayak
belum disetrika gitu” senggol Dani yang saat itu berada di samping Andra, “ah
gak papa, lagi gak enak hati aja” jawabnya, “cari makan yok, laper niiih....”
ajak Dani, “budhal” Andra dengan loghat jawanya mendahului turun dari tangga.
Mereka berdua lantas pergi ke warung yang berada tepat di sebelah selatan
pondok Kami, setelah Andra tau kalo aku juga berada di warung, dia
menghampiriku seraya berkata “bro, maafin gue ya tadi gue sedikit emosi sama
loe” ungkapnya dengan wajah penyesalan, “gue mau maafin loe, asal loe traktir
gue” jawabku sambil tertawa kecil, “siaap bapak pahlawan” kamipun tertawa
bersama.
“Hoy.. hooy.... cowok-cowok pada
pacaran nih, sarap loe pada” celoteh Dani karena merasa dicuekin, “mas
Daanii.... entar malem bobok bareng yok” jawabku genit sembari lidah menjulur mengikuti
gaya bencong yang biasa mangkal di pasar malam. Kamipun tertawa lepas di warung
Pak Imam yang menjadi langganan Kami bertiga.